Header Ads

Tradisi Petolekora Warga Gili Ketapang, Polres Probolinggo Kota Hadir Melaksanakan Pengamanan

 

 



Tak hanya warga kota, masyarakat seberang yakni, warga Desa Gili Ketapang, Kecamatan Sumberasih, Kebupaten Probolinggo, juga terpantau berjubel di pusat-pusat perbelanjaan.

Sejatinya aksi serbu toko, supermarket dan pusat perbelanjaan terjadi setiap tahun, terutama tiga hari menjelang lebaran.

Warga Gili Ketapang, menyebutnya tradisi Petolekoran. Yakni kebiasaan berbelanja ditanggal 27 Ramadlan setiap tahun.

Dalam tradisi petolekoran (27) ini, hampir seperempat warga pulau Gili berbelanja di Kota Probolinggo.

Muhammad Yusuf (25) bersama tiga rekannya menyatakan, tradisi petolekoran sudah berlangsung sejak nenek moyangnya.

Tradisi seperti itu hingga kini masih dijalani dan terpelihara, namun tidak seperti dulu. “Tidak seperti dulu. Kalau dulu, kan bersama-sama, Kalau sekarang ada yang berbelanja kemarin. Besuk juga ada,” ujarnya.

Hanya saja berbelanja pas tanggal 27 Ramadlan lebih banyak dibanding-tanggal-tanggal sebelum dan sesudahnya.

Tak hanya orang tua, ramaja, bahkan sampai balita ikut diajak oleh orang tuanya. Mereka menyerbu toko pakaian, sandal dan sepatu. “Membeli baju baru untuk lebaran. Tradisi seperti ini sulit dihilangkan,” katanya.

Dijelaskan, tiga hari menjelang lebaran, aktivitas masyarakat Gili memancing atau mencari ikan libur sampai 7 hari usai Idul Fitri.

Waktu 3 hari dimanfaatkan persiapan perayaan Idul Fitri, sedang 7 hari usai lebaran digunakan untuk anjang sana atau bersilaturahhim dengan keluarga dan tetangga. “Jadi 10 hari kami libur tidak mencari ikan. Ya, demi lebaran,” tambahnya.

Menurutnya, sekitar 6 sampai 7 ribuan warga Gili menyeberang ke Kota Probolinggo. Sementara jumlah penduduk sekitar 10 ribuan.

Sisanya, sekitar 3 ribu tinggal di rumah dan rata-rata sudah berbelanja ditanggal sebelumnya. “Ya ribuan yang ke sini. Naik perahu penyeberangan. Pulangnya nanti sore. Kalau belum dapat, ya pulang malam,” tandasnya.

Yusuf bersama tetangganya tidak langsung masuk ke pusat perbelanjaan. Mereka beristirahat sebentar untuk memberi kesempatan pada warga lain, terutama yang lebih tua dan anak-anak.

“Kami istirahat dulu. Ramai di dalam toko. Kasihan sama yang tua dan anak-anak. Kami belanja belakangan saja. Pulangnya ya malam nanti. Kalau petolekoran, meski malam kapal masih ada,” pungkasnya. (gus)

 

No comments